Senin, 27 Juni 2011

ayah

Malam itu pulangku larut, karena memang aku pulang dari tempat wisata. Aku tak bilang akan ke sana, aku tak berujar untuk menginap malam sebelumnya. Aku tak siap untuk bilang pergi, namun kakiku melangkah untuk pergi dari rumah.
Tak lagi aku kuasa untuk berucap, aku tergeletak di kasur begitu saja, tanpa ingat untuk membasuh muka dan bersihkan diri. Malam larutkan tidurku.

Pagi pun menyapa, aku masih terdiam. Seperti pagi yang kemarin, kemarinnya lagi, tak ada lapar yang menyapa. Ku segerakan bersihkan diri, dan bersolek untuk pergi ke kampus, "aku ada janji" pikirku.

Selama perjalananku ke kampus, banyak hal yang ada dipikiranku "baguskah aku diam seperti ini?"
"harus bagaimana aku?"
"ayah, maafkan aku, aku janji ini yang terakhir, tak akan ada lagi yang seperti ini, itu janjiku ayah"
"maaf karena terlalu sering aku merepotkanmu, maaf ayah, maaf. Aku tak akan mengulanginya"

hari itu, aku kira indah sekali, bercengkrama dengan beboy, membuat sejenak ku lupakan kejadian-kejadian di rumah.. "Terimakasih, sudah membuatku lupa, terimakasih" bisikku ketika ku peluk dia

Memang setiap bertemu, bercengkrama bahkan bertatap sekalipun dengan orang lain, aku merasa, hidupku terlalu indah kalau hanya ku simpan di rumah saja diri ini. Aku harus menemukan banyak orang, agar aku bisa merasakan hawa persaudaraan, hawa positif dari setiap hal. Meskipun kadang ku temui hal yang tak ada positif-positif nya :)

Kembali ke rumah, aku tercengang ketika imam, adikku menghampiri dan berkata "teteh, ummi kunaon nangis??"
Ku kira itu hanya bualan adik dan ku jawab "kunaon nangis atuh? ku imam dikumahakeun? sayang atuh ummi na mbeh teu nangis, imamna bangor meren" aku bilang sekenanya. Memang ternyata dia terisak, dan dengan segera dia bawa imam dari hadapanku untuk keluar rumah. Kulihat disana ayah terdiam, seperti sedang memikirkan sesuatu, ada enggan ketika inginku menyapanya.

"ayah, kenapa ini?? kenapa dia?? aku salah pulang selarut ini??" itu yang ingin ku tanyakan, tapi tak sempat dan tak kuasa.
Hanya bisa "pah, tos emam?? ngdameul bala-bala nyak?"
"ïya, hok mangga."jawab ayah lesu.
"kenapa ini??Ya Allah kalau saya salah, jangan kau uji keluargaku, bolehkan aku meminta itu?? Ya Allah andai mama masih ada, akan adakah raut ayah yang seperti itu?? Tuhan, setidaknya beri aku kekuatan untuk tetap mensyukuri nikmatmu :), karena ku kira syukur adalah kekuatanku"
 
Kalaulah ayah banyak dosa, maafkan beliau Tuhan, maaf karena lupanya dia bersyukur, maaf karena beliau lelah, jadi sesensitive itu.
"Tuhan, beri beliau rasa ikhlas dan lapang dada, berikan beliau sifat pemaaf dan pemurah, agar beliau tetap bisa menjadi ayah yang ku banggakan. Maafkan beliau untuk semua kesalahannya."
"dan beri beliau kesehatan."

Belum itu terselesikan, aku masih harus berfikir tentang dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar